Benci atau benar-benar cintakah kita? Dua hal saling berlawanan tapi kadang sulit dibedakan. Salah satu realita hidup yang ada di sekitar kita ini sering menipu perasaan atau dugaan kita terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kedua kata atau istilah tersebut memiliki bobot yang sama dalam hal mengingat seseorang. Dengan cinta kita mudah mengingat orang yang kita cintai, sebaliknya dengan benci kita sulit melupakan orang yang paling kita benci. Malah yang awalnya dibenci bisa dicintai, dan yang dicintai bisa dibenci.
Kita membenci orang lain biasanya disebabkan beberapa hal, seperti orang itu membuat kita selalu kesal, marah, atau prilakunya yang menjengkelkan. Ingin sekali dia pergi jauh-jauh dari hadapan kita. Namun setelah dia tidak ada, tiba-tiba kita merasa kesepian dan hampa, karena hari-hari yang biasanya ramai menjadi sepi. Kebencian kita padanya telah membuat kita terus teringat padanya. Meskipun kita membecinya, tapi kita sangat merindukannya, merindukan kekonyolan dan kenakalannya pada kita. Lama-lama kita jadi membutuhkan dia dan memungkinkan kita bisa jatuh hati kepadanya. Apalagi kalau kita dapat menemukan kecocokannya dengannya, sudah tentu bakal timbul perasaan sayang pada dirinya.
Mencitai seseorang bukanlah suatu yang asing lagi bagi kita, mengingat dan memujinya tiada henti adalah pekerjaan orang yang sedang jatuh hati pada kekasihnya. Namun keindahan itu bisa sirna jika ada pelanggaran komitmen cinta di antara kedua sejoli yang sedang memadu kasih tersebut, terutama hal yang paling dibenci kedua belah pihak. Penghianatan atau perselingkuhan bisa membuat pupus harapan cinta yang telah dibangun sebelumnya. Hubungan mesra yang terjalin kian lama menipis menjadi cikal bakal awal dari sebuah kebencian. Yang pada akhirnya dari cinta menjadi benci.
Kita membenci orang lain biasanya disebabkan beberapa hal, seperti orang itu membuat kita selalu kesal, marah, atau prilakunya yang menjengkelkan. Ingin sekali dia pergi jauh-jauh dari hadapan kita. Namun setelah dia tidak ada, tiba-tiba kita merasa kesepian dan hampa, karena hari-hari yang biasanya ramai menjadi sepi. Kebencian kita padanya telah membuat kita terus teringat padanya. Meskipun kita membecinya, tapi kita sangat merindukannya, merindukan kekonyolan dan kenakalannya pada kita. Lama-lama kita jadi membutuhkan dia dan memungkinkan kita bisa jatuh hati kepadanya. Apalagi kalau kita dapat menemukan kecocokannya dengannya, sudah tentu bakal timbul perasaan sayang pada dirinya.
Mencitai seseorang bukanlah suatu yang asing lagi bagi kita, mengingat dan memujinya tiada henti adalah pekerjaan orang yang sedang jatuh hati pada kekasihnya. Namun keindahan itu bisa sirna jika ada pelanggaran komitmen cinta di antara kedua sejoli yang sedang memadu kasih tersebut, terutama hal yang paling dibenci kedua belah pihak. Penghianatan atau perselingkuhan bisa membuat pupus harapan cinta yang telah dibangun sebelumnya. Hubungan mesra yang terjalin kian lama menipis menjadi cikal bakal awal dari sebuah kebencian. Yang pada akhirnya dari cinta menjadi benci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar